KOMINFO, Pinrang – Untuk Melestarikan ekosistem terutama dalam hal ekosistem laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mulai mendorong pengembangan budidaya berbasis ekosistem.
Program Perikanan Budidaya Berbasis Ekosistem ini memberikan acuan bagi para pelaku usaha bagaimana melakukan pengelolaan usaha budidaya yang mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekologi, sosial, dan ekonomi.
Prinsip – prinsip yang tertuang dalam program ini sebenarnya sudah lama di terapkan oleh pembudidaya udang yang ada di Kabupaten Pinrang. Namun untuk meningkatkan tata kelola dan kinerja dalam implementasinya maka diperlukan bimbingan dan pendampingan dari aparat terkait dalam hal ini peneliti dari akademisi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sebagai langkah awal pendampingan maka diadakan pertemuan sosialisasi di kelompok pembudidaya ikan di kecamatan Lanrisang sebagai pilot project pererapan akuakultur berbasis ekosistem.
Hadir sebagai narasumber dalam pertemuan yang berlangsung, Jumat (6/4) adalah Prof. Dr. Ir.H.Muhammad Hattah Fattah,MS akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Pada kesempatan itu Hattah Fattah mengatakan, untuk mempermudah dalam pendampingan maka hamparan budidaya akan dipetakan dalam bentuk area (wilayah).
Dalam satu area terdiri dari beberapa petakan tambak yang memiliki sumber air dari saluran sekunder yang sama sehingga akan mempermudah dalam penyusunan rencana tebar.
Program Perikanan Budidaya Berbasis Ekosistem ini tidak akan jalan sendiri namun akan terintegrasi dengan sektor lain, Lanjut Hattah Fattah, pihaknya akan melibatkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan PT Atina.
Hal ini penting karena keberhasilan akuakultur erat kaitannya dengan cuaca dan iklim. Demikian juga keterlibatan eksportir udang PT Atina yang akan memasarkan produksi udang windu dari kelompok pembudidaya.(*)